Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Angka Kemiskinan Kabupaten Pacitan 2010 -2017
Tahun | Garis Kemiskinan (Rupiah/ Jiwa/ Bulan) | Persentase Kemiskinan (P0) | P1 | P2 | Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) |
2010 | 177.300 | 19,50 | 3,01 | 0,76 | 105.400 |
2011 | 193.180 | 18,13 | 2,59 | 0,59 | 98.747 |
2012 | 203.979 | 17,23 | 2,12 | 0,42 | 94.100 |
2013 | 215.482 | 16,66 | 2,49 | 0,55 | 91.300 |
2014 | 220.810 | 16,18 | 2,23 | 0,49 | 88.940 |
2015 | 288.573 | 16,68 | 2,92 | 0,90 | 92.080 |
2016 | 239.339 | 15,59 | 2,86 | 0,79 | 85.530 |
2017 | 240.942 | 15,42 | 2,14 | 0.48 | 85.260 |
Sumber Data : BPS, Susenas 2010 -2017
Keterangan : Garis Kemiskinan = Jumlah rupiah minumum yang dibutuhkan untuk memenuhi Kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita Per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan
P0 = Persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan.
P1 = Rata – rata kesenjangan pengeluaran masing – masing penduduk miskin terhadap Garis kemiskinan ( Indeks Kedalaman )
P2 = Sebaran pengeluaran di antara penduduk miskin ( Indeks Keparahan )
Catatan :
P1 = Indeks Kedalaman Kemiskinan ( Poverty Gap Indekx )
Interpretasi
- Penurunan nilai indeks Kedalaman Kemiskinan mengidikasikan bahwa rata – rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit
Indeks Kedalaman kemiskinan ( Poverty Gap index/P1)
Konsep Definisi
Ukuran rata – rata kesenjangan pengeluaran masing – masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Kegunaan
Nilai agregat dari proverty gap index menunjukkan biaya mengetaskan kemiskinan dengan membuat target transfer yang sempurna terhadap penduduk miskin dalam hal tidak adanya biaya transaksi dan faktor penghambat. Semakin kecil nilai poverty gap index, semakin besar potensi ekonomi untuk dana pengetasan kemiskinan berdasarkan identifikasi karateristik penduduk miskin dan juga untuk target sasaran bantuan dan program.
Interpretasi
Garis kemiskinan menunjukkan jumlah rupiah minumum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minumum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Penduduk yang memiliki rata – rata pengeluaran komsumsi per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di katagorikan sebagai penduduk miskin.